Review Film Bolehkah Sekali Saja ku Menangis, Tentang Trauma Seorang Anak
Blogitawelasti - Isu kesehatan mental mulai diminati masyarakat Indonesia khususnya anak muda. Salah satu film yang membahas tentang isu kesehatan mental adalah Bolehkah Sekali saja Ku Menangis.
Film yang kini bisa disaksikan di platform Netflix ini diproduksi oleh Sinemaku Pictures dengan Reka Wijaya Kusuma sebagai sutradara. Berikut sinopsis dan review singkat Bolehkah Sekali saja Ku Menangis.
Artikel ini mengandung spoiler
TW: kekerasan fisik
Identitas Film Bolehkah Sekali saja Ku Menangis
Judul: Bolehkah Sekali saja Ku Menangis
Genre: drama keluarga
Sutradara: Reka Wijaya Kusuma
Rumah Produksi: Sinemaku Pictures
Rilis: 17 Oktober 2024
Durasi: 102 menit
Negara: Indonesia
Bahasa: Indonesia
Sinopsis Film Bolehkah Sekali saja Ku Menangis
Film Bolehkah Sekali saja Ku Menangis mengikuti kisah Tari, seorang pegawai muda yang mengidap trauma karena perlakuan kasar Ayahnya kepada Ibunya. Tari tidak pernah sekalipun menangis dan selalu menunjukkan wajah baik-baik saja di hadapan orang lain. Suatu hari, ada anak baru di kantornya bernama Baskara yang memiliki masalah dalam mengendalikan amarah.
Keduanya semakin dekat apalagi sama-sama bergabung di support group. Mereka menghabiskan waktu bersama sembari memulihkan luka masing-masing. Akankah mereka berdua bisa pulih dan menjalani kehidupan yang lebih baik?
Review Film Bolehkah Sekali saja Ku Menangis
Banyak pelajaran yang bisa diambil dari film ini seperti pentingnya peran keluarga bagi anak. Jika peran itu hilang, anak seperti kehilangan arah. Selain itu, ada hal lain yang diceritakan dalam film seperti review di bawah ini.
1. Tema yang Relate dengan Kehidupan Nyata
Sebagian orang mungkin beruntung memiliki keluarga cemara yang suportif dan tahu cara mengajarkan pengelolaan emosi yang baik ke anak. Akan tetapi sebagian lagi tidak beruntung karena hanya memberikan trauma mendalam.
Seperti Tari, Ayahnya selalu berlaku kasar ke Ibunya dan ia menjadi saksi kekerasan itu. Tari tidak pandai menunjukkan emosinya sehingga ia sering berpura-pura baik-baik saja.
Di kantor, Tari menjadi people pleaser yang kesulitan berkata tidak. Ia mengerjakan pekerjaan teman kantornya karena tidak tahu cara menolak. Nggak kebayang beban yang dibawa Tari seberat apa.
2. Support Group Hadir untuk Membantu
Tari akhirnya memutuskan bergabung ke komunitas support group untuk mendapatkan dukungan. Ia bertemu banyak orang dengan permasalahan yang beragam.
Mereka mau menceritakan masalah hidupnya masing-masing, hanya Tari yang belum siap bercerita, jadi hanya mendengarkan saja. Kita jadi tahu bagaimana cara kerja support group yaitu dengan mendengarkan tanpa menghakimi dan tidak memaksakan orang untuk bercerita.
3. Jatuh Cinta di Saat yang Tepat
Baik Tari maupun Baskara, keduanya memendam perasaan yang sama. Hanya saja mereka tidak langsung menjalin hubungan karena Tari masih membutuhkan waktu.
Menurutku ini bijak karena jika kita masih sama-sama terluka dan menjalin hubungan itu bisa saling menyakiti. Daripada saling menyakiti yang berujung pada saling membenci, lebih baik fokus ke diri masing-masing dulu.
Daftar Pemain Film Bolehkah Sekali saja Ku Menangis
- Prilly Latuconsina sebagai Tari
- Pradikta Wicaksono sebagai Baskara
- Surya Saputra sebagai Pras (Bapak Tari)
- Dominique Sanda sebagai Devi
- Widi Mulia sebagai Nina
- Shania Gracia sebagai Sarah
- Antonio Blanco Jr. sebagai Dimas
- Kristo Immanuel sebagai Agoy
- Ummi Quary sebagai Ica
- Adzana Ashel sebagai Tania
- Kenya Nindia sebagai Lola
- Dayu Wijanto sebagai Tika
- Ence Bagus sebagai Suami Nina
- Rayyanza Malik Ahmad sebagai Anak Nina
Bolehkah Sekali saja Ku Menangis menghadirkan tema trauma keluarga yang agak berat. Jika kamu merasa ragu menonton karena tidak nyaman, kamu tidak perlu menontonnya.