Review Novel Mimpi, Ajak Pembaca Berani Bermimpi
Novel Mimpi adalah karya
April Cahaya yang diterbitkan melalui Penerbit Bintang Belia. Novel dengan
dominasi sampul warna putih ini berhasil mendapatkan penghargaan Belia Writing
Marathon Series Batch 2 pilihan pembaca.
Kamu yang masih remaja
bisa membaca novel ini karena memang direkomendasikan untuk anak-anak remaja. Namun
siapapun bisa membawa novel ini karena membaca novel remaja dengan konflik
ringan tidak akan membuat stress.
Identitas Novel
Mimpi
Judul : Mimpi
Penulis : April Cahaya
Tahun : 2018
Penerbit : Penerbit Bentang Belia
Halaman : 286 halaman
Blurb Novel Mimpi
Hari-hari Icha jadi
menyebalkan sejak ia kehilangan kalung kesayangannya. Apesnya lagi, kalung itu
ditemukan oleh Ardo, kakak kelas tengil – meski ganteng juga sih – yang akan
menjadi sumber penderitaan Icha nanti.
Demi mendapatkan kembali
kalungnya, Icha harus memenuhi 5 permintaan Ardo sebagai balas jasa. Ada 2
permintaan aneh, 1 ajaib, 1 nggak masuk akal, dan 1 misterius.
Akan tetapi, di balik
tugas-tugas mengesalkan itu, ada misteri dari masa lalu yang akan terkuak. Tentang
impian dan tragedi yang telah lama tidu di hati keduanya.
Review Novel
Mimpi
Membaca sekilas blurb
di atas sebenarnya berhasil membuatku penasaran dan menjadi alasan kenapa aku memutuskan
untuk memasukkan novel Mimpi ke daftar wishlist. Kalau kamu mau baca
juga, simak review singkatnya di sini ya!
1. Sampul yang Tampak Manis
Kesan pertamaku terhadap
sampul ini adalah manis. Dengan warna dominan putih dan ada gambar Icha di
bagian tengah membantuku dalam menggambarkan bagaimana sosok Icha itu. Ada juga
gambar laki-laki dengan hoodie biru yang aku tebak adalah sosok cowok
tengil bernama Ardo.
Ternyata novel ini adalah
pilihan pembaca di ajang Belia Writing Marathon Series Batch 2 yang membuatku
makin antusias mau membaca novel ini. Alasan lain kenapa aku membaca novel
remaja adalah karena tidak ingin overthinking waktu baca buku.
2. Cocok untuk Remaja
Melanjutkan penjelasanku
sebelumnya, novel Mimpi adalah kategori teen fiction yang artinya bisa dibaca
anak-anak remaja. Biasanya novel remaja itu mengangkat konflik sehari-hari yang
dialami oleh remaja dan tidak terlalu berat, karena itu aku memutuskan untuk
membaca novel ini.
Gaya bahasa yang
digunakan juga santai dengan panggilan “lo-gue” dengan sudut pandang orang ketiga.
Gaya bahasa santai seperti itu memang melekat dalam diri remaja sehingga tidak
akan sulit untuk memahami alurnya.
Walaupun novel ini lebih
diperuntukkan kepada remaja, tetapi siapapun biasa membacanya. Tidak ada
salahnya membaca novel remaja dengan alur ringan untuk meredam kebisingan
kepala.
3. Lucu yang Natural
Penulis juga berhasil
membuat scene lucu yang tampak natural sehingga bisa menghibur pembaca.
Seperti pada scene Ardo yang akan mengembalikan kalung Icha kalau ia mau
membawa onde-onde tanpa biji wijen.
Dari dulu hingga
sekarang, memangnya ada onde-onde tanpa menggunakan biji wijen? Ardo digambarkan
sebagai cowok tengil dengan kedua sahabatnya yang tidak kalah random.
Walaupun begitu, Ardo adalah cowok misterius yang menyimpan luka.
4. Berbicara Tentang Mimpi
Sesuai judulnya, novel
ini berbicara soal Mimpi yang terpaksa terkubur. Tokoh yang paling aku tidak
suka adalah Oma Ambar, neneknya Icha. Oma Ambar menganggap bahwa orang yang sukses
hanyalah seorang dokter sehingga ia memaksa Icha menjadi dokter dan membandingkannya
dengan orang lain.
Padahal saat itu Icha
sudah mulai memupuk mimpinya kembali menjadi seorang penulis. Icha harus
menelan kepahitan mimpinya yang terkubur karena suatu masalah di masa lalu. Buku
ini mengajarkan kepada pembaca untuk tidak takut bermimpi selagi bermimpi itu
gratis.
Novel Mimpi adalah salah
satu rekomendasi untuk menemani akhir pekanmu. Kalau kamu butuh rekomendasi
bacaan lain bisa cari di sini ya!