Review Novel Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan Haruki Murakami
Siapa yang tidak kenal dengan Haruki Murakami? Ia adalah seorang penulis berkebangsaan Jepang yang sudah melahirkan banyak karya serta sudah diterjemahkan ke dalam 50 bahasa. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Novel Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan.
Novel ini pertama kali diterbitkan dalam judul “ONNA NO INAI OTOKO-TACHI” pada tahun 2014. Kemudian di tahun 2022, tepatnya bulan April diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Kepustakaan Populer Gramedia dan
Identitas Novel Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan
Judul : Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan
Penulis : Haruki Murakami
Halaman :262 halaman
ISBN : 978-602-481-766-4
Tahun : 2014 (di Jepang)
Harga : Rp85.000 (Pulau Jawa)
Blurb Novel Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan
Mungkinkah kita memahami orang lain sepenuhnya – seberapa dalam pun kita mencintai orang itu? Haruki Murakami menjelajahi berbagai selip dan selisih yang mungkin terjadi dalam hubungan laki-laki dan perempuan melalui tujuh cerita dalam buku ini.
Kita bisa bercermin lewat pelbagai tokoh dalam beragam usia: siswi SMA; mahasiswa yang baru mulai kuliah; dokter bedah plastik, aktor, bartender, dan mereka yang sudah lewat tiga puluh maupun memasuki usia paruh baya.
Yang unik, para laki-laki dalam kumpulan cerpen Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan tidak sepenuhnya tanpa perempuan. Hampir semua justru punya pasangan atau kekasih, bahkan istri. Jadi siapa dan bagaimana yang disebut “Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan” ini?
Ulasan Novel Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan
Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan ini sebenarnya adalah kumpulan cerpen yang berisi 7 buah cerita. Masing-masing cerpen ini memiliki kisahnya sendiri, jadi alurnya tidak berhubungan satu sama lain. Sebenarnya kalau mau baca dari cerita yang mana saja bisa, hanya saja lebih baik membaca dari awal.
1. Tidak Untuk Semua Kalangan
Novel karangan Haruki Murakami ini tidak bisa dibaca untuk semua kalangan, di sampul belakang juga sudah tertera hanya untuk pembaca yang usianya di atas 21 tahun. Ketika membaca buku ini, kamu akan tahu kenapa hanya bisa dibaca oleh kalangan tertentu saja.
Memang banyak bagian yang “dewasa” sehingga kamu diharapkan menjadi pembaca yang bijak. Akan tetapi novel ini tidak fokus pada bagian “itu”, ada poin lain yang ingin disampaikan oleh penulis tentang siapa sebenarnya lelaki tanpa perempuan itu.
2. Laki-Laki Juga Punya Perasaan
Setelah membaca 3 cerpen awal, aku baru paham apa maksud dari buku ini. Walaupun memang setiap cerpen ini ada yang endingnya gantung gitu, tapi sepertinya fokus penulis bukan ke sana. Menurutku, yang ingin ditunjukkan oleh penulis adalah tentang bagaimana kondisi laki-laki tanpa perempuannya.
Contohnya saja di cerpen pertama berjudul Driver My Car, dikisahkan seorang aktor terkenal bernama Kafuku yang hidup sendirian sejak kematian istrinya. Istrinya juga merupakan seorang aktris dan sudah menikah selama 20 tahun, tiba-tiba saja istrinya divonis kanker rahim lalu meninggal dunia.
Setelah itu, Kafuku menjalani hari tanpa istrinya, tanpa teman, akhirnya datang seorang supir wanita bernama Misaki Watari. Istri Kafuku sebelum terkena penyakit ternyata berselingkuh dengan teman aktornya dan hal itu diketahui oleh Kafuku sendiri.
Hanya saja, Kafuku tidak sama sekali mendapatkan kesempatan untuk menemukan alasan mengapa istrinya selingkuh dengan laki-laki lain. Di sini, kita akan diajak untuk berkenalan dengan sisi lain dari laki-laki yang hidup tanpa perempuannya.
Seperti yang sudah kamu tahu kalau masih banyak stigma soal laki-laki yang selalu dituntut untuk kuat terus, nggak boleh terlihat lemah, nggak boleh cengeng, nggak boleh menangis, melalui buku ini, kamu akan diajak untuk melihat kalau laki-laki juga punya perasaan.
Sama seperti perempuan yang ditinggal laki-lakinya, laki-laki yang berada di posisi itu juga bisa rapuh. Seperti Kafuku yang juga kesepian ditinggal istrinya, dia hanya bisa bertanya-tanya alasan mengapa istrinya tega menyelingkuhinya namun tentu saja ia tidak mendapatkan jawaban.
Tetapi ada pelajaran yang diselipkan melalui cerpen pertama ini yaitu dari perkataan Misaki Watari, sopir pribadi Kafuku. “Itu bisa dikatakan semacam penyakit, Pak Kafuku. Tak ada gunanya kalaupun dipikir-pikir. Ayah saya mencampakkan kami dan meninggalkan kami.”
“Ibu saya menyiksa saya dengan semena-mena, semuanya gara-gara penyakit. Percuma kalau dipikir-pikir dengan otak. Tak ada jalan selain menemukan cara menerimanya, menelannya, dan terus melanjutkan hidup.”
3. Luka yang Sama Beratnya
Ungkapan luka tidak bisa dibandingkan sepertinya benar adanya, menurutku luka setiap manusia itu sama beratnya bagi yang menanggungnya. Hanya saja, tidak semua dari kita bisa langsung memvalidasi emosi yang datang.
Seperti cerpen kelima yang judulnya Kino, Kino ini memiliki kisah yang sama dengan Kafuku, istrinya selingkuh dengan teman karibnya, hanya saja istri Kino masih hidup. Apa yang dilakukan Kino setelah itu? Dia seperti mengabaikan rasa sakitnya dan mengalihkannya ke kehidupan baru.
Ia membuka bar di sebuah daerah yang tidak terlalu ramai, lalu banyak datang kejadian-kejadian aneh yang membuatnya bertanya-tanya. Ia bertemu dengan seorang bernama Kamita yang memberikannya banyak petunjuk untuk kembali ke diri “Kino”.
Jadi, setelah mengetahui istrinya selingkuh, Kino seperti tidak menjadi dirinya sendiri, ia tidak menyadari bahwa sebenarnya dirinya terluka. Sampai suatu hari, di mana Kino berada di sebuah tempat yang kecil dan sendirian, ia menyadari bahwa dirinya benar-benar terluka karena istrinya.
Luka seseorang tidak bisa dibandingkan dengan luka orang lain, hanya karena luka itu tidak terlihat bukan berarti luka tidak ada. Jadi, semoga kita bisa senantiasa menjadi baik pada orang lain karena kita tidak pernah tahu apa yang sedang ia simpan dalam hatinya.
4. Belajar Ilmu Baru
Ini poin penting yang aku dapatkan setelah membaca novel Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan. Aku jadi tahu nama-nama daerah di Jepang selain Tokyo seperti Denenchofu, Ashiya, Kobe dan sebagainya. Walaupun aku kesulitan membayangkan latar tempatnya, tetapi ini ilmu yang baru bagiku.
Selain itu, ada juga cerpen keempat yang judulnya Syahrazad. Tentu saja kisahnya bukan seperti Syahrazad, tetapi ada perempuan yang sering menceritakan kisah menarik seperti Syahrazad kepada tokoh laki-laki di cerpen ini. Aku yang penasaran memutuskan untuk membaca kisah tentang Syahrazad di internet.
Sebelumnya aku tidak tahu kisah 1001 malam ini, hanya pernah ditayangkan film dengan judul sama tanpa tahu bagaimana kisahnya. Kalau aku tidak membaca novel Murakami, sepertinya aku tidak tahu tentang kisah Syahrazad yang merupakan sastra epik dari Timur Tengah.
Cerita Syahrazad muncul pada Abad Pertengahan tentang Ratu Syahrazad yang kerap kali bercerita menarik ke suaminya, sang Raja. Lalu aku juga mendapatkan ilmu baru tentang bahasa-bahasa yang kerap diucapkan masyarakat Jepang seperti bahasa Kansai dan bahasa Tokyo.
5. Tokoh Unik
Salah satu tokoh unik yang diceritakan oleh Murakami adalah Kitaru di cerpen kedua berjudul Yesterday. Kitaru merupakan laki-laki cerdas yang menurut orang-orang di sekitarnya sering bertingkah tidak lazim. Bagian yang membuatku bertanya-tanya adalah mengapa ia mengizinkan sahabatnya berpacaran dengan kekasihnya.
Menurut Kitaru, itu hanya semacam “pertukaran budaya”, dan Kitaru berkata bahwa sebaiknya kekasihnya berpacaran dengan temannya saja karena ia sudah mengenal temannya itu. Tentu saja, menurutku Kitaru ini “aneh”, mengapa rela kekasihnya jalan dengan sahabat karibnya?
6. Diangkat Menjadi Film
Salah satu cerpen dari novel Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan ini diangkat menjadi film yang berjudul Drive My Car. Pada tahun ini (2022), Drive My Car berhasil memenangkan piala Oscar untuk kategori Best International Feature, wah keren sekali bukan?
Aku belum pernah menonton filmnya, akan tetapi aku sangat penasaran. Sepertinya aku tertarik menonton, lalu bagaimana denganmu?
Itu dia ulasan singkat tentang Novel Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan, apakah kamu tertarik membacanya? Kalau kamu penasaran langsung beli bukunya di Gramedia terdekat dan bagi kesan kamu setelah membaca ulasan ini di kolom komentar ya! Happy reading 😊